Senin, 13 Mei 2013

Apakah Kita Menghargai Hidup Kita?

Ada sebuah danau terdapat banyak batu-batuan dan terdapat sebuah papan bertuliskan :



Heran dengan kalimat itu, ------???
Ada yang malah tertarik untuk mengambil beberapa butir batu-batu itu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Beberapa yang lainnya tidak terlalu menggubrisnya. Jadi mereka tidak mengambil batu-batu itu dan lebih tertarik untuk menikmati segarnya air di danau itu
setelah kembali ke Eropa, mereka menyuruh ahli batu-batu untuk memeriksa batu-batuan yang mereka bawa.

Ternyata batu-batuan itu adalah sejenis Safir yang dari luar tampaknya jelek tapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal harganya.

Yang tidak membawa batu itu jadi menyesal karena tidak membawanya, tetapi yang membawanya pun akhirnya menyesal karena tidak membawa lebih banyak.
 :’(

Bukankah hidup manusia serupa seperti cerita di atas?

Kita diberikan kehidupan yang sangat berharga. Namun bukankah kita seringkali kurang menghargai masa hidup ini justru di saat kita masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai. Jauh lebih bernilai dari pada batu-batu permata. Itulah sebabnya agar kita tidak menyesal di kemudian hari, maka kita harus menjalani hidup dengan maksimal.

Bekerja dengan maksimal, mengasihi keluarga dengan maksimal, berkarya bagi sesama dengan maksimal. :)

Intinya ketika kita sudah mengusahakan yang terbaik selama hidup ini, maka kita tidak perlu lagi menyesal di kemudian hari.

Usahakan yang terbaik selama kesempatan itu masih ada.


Selengkapnya Apakah Kita Menghargai Hidup Kita?

Rabu, 27 Februari 2013

Rahasia Di Balik Perkataan Anda !

Setiap hari kita pastilah berkomunikasi dan mengucapkan kata – kata bukan? Kadang apa yang kita ucapkan bisa jadi hal yang positif, bisa juga hal yang negatif. Kata – kata yang kita ucapkan bisa juga merupakan hal yang memberdayakan bisa juga merupakan hal yang memperdaya. Percayakah Anda, ada Rahasia Di Balik Perkataan Anda!

Beberapa tahun yang lalu, dunia sempat di hebohkan oleh sebuah buku yang ditulis oleh Dr. Masaru Emoto yang berjudul “The Hidden Message in Water“. Buku tersebut sempat menghebohkan dunia karena ternyata air bisa memahami apa yang kita katakan.

Ini menunjukkan bahwa setiap perkataan yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan atau memberdayakan.

Nah, sadarkah Anda kalau manusia itu 80% terdiri dari air. Karena itu setiap perkataan yang kita ucapkan atau kita dengar akan bisa mempengaruhi struktur air yang ada di dalam tubuh kita.

Jadi kesimpulannya, apakah Anda akan tetap memperkatakan kata – kata yang memperdaya Anda ataukah kata – kata yang memberdayakan Anda? Semuanya adalah keputusan Anda, tetapi ingatlah Rahasia Di Balik Perkataan Anda! Saya tunggu komentar Anda mengenai hal ini …
Selengkapnya Rahasia Di Balik Perkataan Anda !

Selasa, 26 Februari 2013

Ini Dia Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Biasa

Setelah 3 dekade mewawancarai orang-orang terkaya di dunia, Steve Siebold, penulis buku berjudul 'How Rich People Think' (bagaimana cara berpikir orang kaya) berkesimpulan, ada perbedaan pola pikir dan cara pandang yang jelas soal uang, antara orang biasa atau masyarakat kelas menengah dengan orang-orang terkaya dunia.

"Orang-orang terkaya dunia melihat uang sebagai kemerdekaan dan kesempatan, bukan sebagai akar dari kekacauan. Kita sering berpikir bahwa uang adalah akar dari kekacauan atau malapetaka. Lalu kenapa kita berusaha untuk mendapatkan uang kalau hanya akar dari malapetaka?" kata Siebold.

Dalam bukunya, Sibold mengungkapkan 100 perbedaan cara berpikir antara orang biasa dengan kalangan miliuner di dunia. Berikut 5 perbedaan cara pikir orang biasa dan orang terkaya yang dikutip dari dailyfinance.com, Senin (25/2/2013):


1. Orang Biasa Berpikir Soal Menabung, Orang Kaya Berpikir Meningkatkan Pendapatan


"Orang biasa berpikir menabung agar uangnya melimpah, tapi terus merasa kekurangan uang," ujar Siebold. Jika anda mempunyai pendapatan Rp 200 juta per tahun dan menabung 10% dari pendapatan anda. Maka anda akan mendapatkan 20 juta di akhir tahun. Ini bukanlah cara untuk memperkaya diri, dan anda tidak akan kaya dengan cara ini.

Siebold mengatakan, orang-orang terkaya di dunia menabung juga, tapi pikiran mereka yang utama adalah untuk meningkatkan pendapatan, sehingga jumlah uang yang bisa anda tabung lebih banyak.



2. Orang Biasa Menganggap Berwirausaha Sebagai Risiko, Orang Kaya Berwirausaha Untuk Jadi Kaya


"Sebagian besar orang berpikir soal uang dengan cara yang biasa, misalkan, bila saya bisa mendapatkan sekian rupiah per jam, maka saya akan mendapatkan lebih banyak lagi dengan bekerja lebih lama," ujar Siebold. Bahkan ada orang yang berpikir, jika ingin kaya harus mendapatkan gelar MBA. Para orang-orang terkaya di dunia justru berpikir, cara menjadi kaya adalah dengan memberi jalan keluar bagi orang banyak dengan memberikan ide. Dari ide-ide tersebut maka dia akan memperoleh uang.

Namun banyak orang berpikir, daripada menjadi gila karena memikirkan ide-ide segar dan belum tentu mendapatkan uang, maka mereka memilih menjadi pegawai dan menganggap berwirausaha adalah risiko.

3. Orang Biasa Melihat Uang Secara Emosional, Orang Kaya Melihat Uang dengan Logika


Ada perbedaan mendasar dari cara pandang orang biasa dan orang terkaya dunia melihat uang. Sieblod mengatakan, orang biasa dan bahkan yang berpendidikan sekalipun, sangat perhitungan menggunakan uangnya.
Namun orang-orang terkaya tidak khawatir kehilangan uangnya, karena mereka menggunakan uangnya untuk memperbesar pendapatannya di kemudian hari. Seperti untuk berinvestasi tanpa memikirkan risikonya.



4. Beda Cara Mencapai Target Antara Orang Biasa dengan Orang Kaya


Siebold mengatakan, orang-orang biasa dan kelas menengah tidak memiliki keinginan kuat untuk mencapai targetnya. Tapi orang-orang terkaya dunia sangat fokus dengan uang dan bisnis mereka. Bagi para orang-orang terkaya dunia, target harus dicapai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan, bagi mereka taruhannya capai target atau mati!

Karena itulah, orang-orang kaya ini bisa memperoleh impian dan targetnya dengan cepat dan uangnya terus bertambah.


5. Orang Kaya Tidak Dikendalikan Oleh Keinginan

Donald Trump dan Richard Branson yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia sering berkeliling dunia dengan jet pribadinya. Sementara orang-orang biasa berpergian dengan mobil dan tinggal di rumah sederhananya.

"Orang-orang kaya ini terus bertambah kekayaannya tiap hari. Saya melihat Naomi Judd (salah satu artis kaya) di TV, dan dia mengatakan alasannya dia bisa kaya adalah karena dia tidak pernah menghamburkan uangnya. Dia tidak mempunyai desainer pribadi dan perhiasan mahal. Inilah tipikal orang-orang kaya di dunia. Mereka tidak mewah," kata Siebold.

Pernyataan-pernyataan seperti ini telah didapatkan Siebold dari sejumlah orang-orang terkaya yang dia wawancarai.

"Jika anda kaya, maka anda bebas dan tidak diperbudaki oleh orang lain. Kemerdekaan ekonomi adalah salah satu faktor utama kesuksesan. Ini mengantar orang untuk memupuk kekayaannya," jelas Siebold.


Selengkapnya Ini Dia Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Biasa

Rabu, 20 Februari 2013

Garam Gunung, Long Midang

Peribahasa garam di laut dan asam di gunung ternyata tidak selamanya benar. Di Desa Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, garam justru dihasilkan di atas gunung.

Ada hal tak biasa yang bisa Anda temukan saat berkunjung ke Nunukan, Kalimantan Timur. Garam yang biasanya berasal dari laut, bisa Anda temukan di gunung Kaltim, tepatnya dalam sebuah sumur di Desa Long Midang, Gunung Krayan, Kalimantan Timur. Di sana Anda bisa menemukan banyak sentra industri garam. Padahal, lokasi desa ini cukup jauh dari laut, sekitar 100 km dengan ketinggian 2.400 mdpl.

Sama dengan garam laut, garam gunung yang dihasilkan di Krayan memiliki penampilan yang sama, yaitu seperti pasir dan berwarna putih. Tetapi ternyata garam gunung memiliki kandungan yodium yang lebih tinggi dibanding garam laut loh!

Selain mengandung yodium yang tinggi, garam gunung juga memiliki kelebihan lain, yaitu tidak merubah warna sayur. Kalau biasanya sayur yang diberi garam laut berubah warna menjadi agak layu, tidak dengan garam gunung. Sayur yang diberi garam gunung tetap berwarna hijau segar.

Mau mencoba? Eits, tunggu dulu. Harga yang untuk satu bungkus garam gunung cukup mahal loh, yaitu sekitar Rp 20.000. Tapi itu semua sebanding dengan asal garam yang unik juga proses pembuatannya.

Ya, proses pembuatan garam gunung memang sedikit berbeda dengan garam laut. Bahan dasar berupa air sumur di Desa Long Midang direbus satu malam hingga air mengering. Setelah kering, tertinggalkan butiran kristal yang merupakan garam basah.

Kemudian, garam basah ini dimasukkan ke dalam batang bambu dan dibakar hingga bambu habis terbakar api. Sisa bakaran inilah yang merupakan garam kering yang kemudian di bungkus daun dan siap dijual.



Garam gunung asal Desa Long Midang sudah cukup terkenal, bahkan sampai ke negeri tetangga Malaysia dan Brunei Darussalam. Sayangnya, keberadaan garam gunung ini justru belum banyak diketahui masyarakat Indonesia. Yuk, ramai-ramai ke Desa Long Midang, dan temukan garam gunung!










Sumber
Selengkapnya Garam Gunung, Long Midang

Senin, 11 Februari 2013

Saya Kuliah Mencari Ilmu, Bukan Mencari Kerja !! Saya Calon Sarjana “BODOH”


Masa sih cape-cape kuliah malah jadi pengangguran ??
Sebenarnya sulit untuk masuk ke pikiran masyarakat yang masih tabu akan pentingnya ilmu itu. Jujur, saya kuliah bukan untuk mencari kerja tapi saya mencari ilmu. Jika saya kuliah untuk mencari kerja, “BODOH” itu namanya.

BODOH ?? ya. Saya bilang betapa bodohnya diri saya. Jika anda belum paham dengan tulisan saya, saya akan beri penjelasan mengenai orang bodoh vs orang pintar yang saya ambil dari “MARIO TEGUH” :

Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis…
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.
Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.
Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang berkerja. Tapi orang-orang pintar DEMO. Walhasil orang-orang pintar
‘meratap-ratap’ kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.

Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu
untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan
waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.

Saya yakin pasti akan timbul pertanyaan..
1.     Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh??
2.     Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ???
3.     Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh??
4.     Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh??

intinya jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.

Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh. Kata kunci nya adalah ‘resiko’ dan ‘berusaha’, karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil. Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut. Dan mengabdi pada orang bodoh…

Diamanakah posisi anda saat ini…
Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang…

Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan. Semua Pilihan dan Keputusan ada ditangan anda untuk merubahnya, Lalu perhatikan apa yang terjadi…
Terima Kasih…..saya hanya calon sarjana yang “bodoh”!!
Selengkapnya Saya Kuliah Mencari Ilmu, Bukan Mencari Kerja !! Saya Calon Sarjana “BODOH”

Sedikit Tentang Suku Dayak Borneo


Indonesia dibangun atas beragamnya suku. Selain Suku Dayak di Kalimantan, masih banyak lagi suku yang lainnya. Sebagai contoh sebut saja Suku Minang, Suku Batak, Suku Jawa, Suku Sunda, dan banyak lagi lainnya. Sebagai Negara kesatuan, setiap suku di Indonesia menyatakan keesaan dalam bentuk Negara kesatuan Indonesia.
Suku-suku di Indonesia merupakan aset budaya bangsa yang menunjukkan kebhinekaan harmonis. Kebhinekaan ini tercermin pula pada Suku Dayak di Kalimantan. Beragam suku di Indonesia tidak membuat Negara ini terpecah. Justru membuat Indonesia kaya akan budaya yang tinggi. Suku Dayak di Kalimantan salah satunya. Suku ini berada di pulau Kalimantan, tepatnya di pedalaman Kalimantan.
Mengapa berada di pedalaman?
Apakah setiap suku yang masih memegang adat budaya leluhur mesti berada di pedalaman wilayah dan terkesan terpinggirkan? Bisa saja, Ya. Terpinggirkan hingga menempati daerah pedalaman secara periodic karena perkembangan zaman. Ada pula yang menempati pedalaman karena sejarah.

Pada umumnya, semua penduduk di kepulauan Nusantara berasal dari Cina Selatan, termasuk Suku Dayak di Kalimantan. Asal mula Suku Dayak di Kalimantan adalah migrasi bangsa Cina dari Provinsi Yunnan di Cina selatan pada 3000-1500 SM. Sebelum datang ke wilayah Indonesia, mereka mengembara terlebih dahulu ke Tumasik dan semenanjung Melayu.

Ketika kita mendengar atau membaca kata Dayak, pastilah alam pikiran kita teringat akan suku Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan. Kalimantan atau Borneo merupakan sebuah pulau tua dengan hutan lebat yang menjadi paru-paru dunia. Dayak secara bahasa diartikan sebagai suku yang menggantungkan hidupnya pada air. Suku Dayak biasa menjalani hidup secara bahari, karena hidup mereka berada di hulu-hulu sungai.

Orang Dayak menjalani hidupnya dengan cara mendiami hutan-hutan yang lebat. Agar bisa mendapat makanan mereka suka berburu. Cara memburu binatangnya terbilang cukup unik. Misalnya mereka ingin makan daging binatang rusa. Maka orang Suku Dayak yang sedang berburu akan mengeluarkan suara yang mirip dengan anak rusa. Dalam melakukan perburuan, orang Suku Dayak juga memperhitungkan waktu dan pergerakan angin. Waktu diperhitungkan karena berhubungan dengan pola kegiatan dari binatang yang akan diburu. Sedang penghitungan pergerakan angin digunakan untuk mencari posisi yang aman ketika sedang bersembunyi. Selain itu binatang suka curiga terhadap bau asing, termasuk bau manusia, maka pergerakan angin ini juga sangat menentukan sekali terhadap berhasil atau tidaknya mereka berburu. Adat istiadat Suku Dayak selalu member ajaran kehidupan yang baik pada setiap warganya. Terutama dalam hal mencari makan atau berburu. Mereka tidak pernah melakukan pembunuhan pada binatang bila persediaan makanan mereka masih cukup banyak. Demikian pula untuk bahan makanan yang lain, terutama yang diambil dari tanaman. Mereka hanya akan memetik atau menebang pohon bila sedang melaksanakan upacara tradisi atau pesta. Dari dulu memang adat istiadat Suku Dayak selalu mengajak masyarakatnya untuk menjaga alam dan menghormatinya. Karena alam adalah segala-galanya. Mereka bias hidup dan memenuhi segala kebutuhannya karena sudah disediakan oleh alam. Dengan alasan itulah mereka tidak pernah punya nafsu sama sekali untuk berbuat sesuatu yang merusak alam yang menjadi sumber penghidupannya.

Dalam pikiran orang awam, suku Dayak hanya ada satu jenis, padahal sebenarnya mereka terbagi ke dalam banyak sub-sub suku. Menurut J.U. Lontaan, terdapat sekitar 405 sub suku Dayak yang memiliki kesamaan sosiologi kemasyarakatan namun berbeda dalam adat-istiadat, budaya dan bahasa yang digunakan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh terpencarnya masyarakat Dayak menjadi kelompok-kelompok kecil dengan pengaruh masuknya kebudayaan luar.

Suku dayak terbagi dalam Dayak Muslim dan Non muslim. Yang termasuk Muslim adalah suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Bukit, Suku Dayak Sampit, Suku Dayak Paser, Suku Dayak Tidung, Suku Dayak Melanau, Suku Dayak Kedayan, Suku Dayak Embaloh, Suku Dayak Sintang, Suku Dayak Sango Dan Suku Dayak Ngabang. Sedangkan Suku Dayak Non Muslin jumlahnya lebih banyak lagi. Yaitu Suku Dayak Lundayeh, Suku Dayak Abal, Suku Dayak Abai, Suku Dayak banyadu, Suku Dayak Bakati, Suku Dayak Bentian, Suku Dayak Benuaq, Suku Dayak Bidayuh, Suku Dayak Darat, Suku Dayak Dusun, Suku Dayak Dusun Deyah, Suku Dayak Dusun Malang, Suku Dayak Kenyah, Suku Dayak Lawangan, Suku Dayak Maanyan, Suku Dayak Mali, Suku Dayak Mayau, Suku Dayak Meratus, Suku Dayak Mualang, Suku Dayak Ngaju, Suku Dayak Ot Danum, Suku Dayak Samihim dan lain-lain yang diperkirakan jumlahnya mencapati tiga ratus sub suku.

Mata Pencaharian atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu kelompok masyarakat biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Demikian juga mata pencaharian Suku Dayak di Kalimantan dan sekitarnya. Faktor geografis yang menyangkut kondisi alam tempat inggal, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial dan pola pikir juga kepercayaan adalah hal-hal yang mempengaruhi mata pencaharian Suku Dayak.
Jaman dahulu, sebelum pendidikan masuk hingga ke pelosok pemukiman tempat Suku Dayak berada, maka kebanyakan masyarakat Dayak melakukan usaha berupa menggarap lahan disekitar tempat tinggal mereka. Tidak seperti masyarakat Suku Jawa yang kebanyakan menanam padi di sawah, Suku Dayak menanami lahan kebunnya dengan padi enam bulanan, jenis padi empat bulanan, dan juga tanaman penghasil buah misalnya singkong, ubi jalar, dan pisang. Karena kondisi tanah di Kalimantan yang lapisan humusnya tipis, maka cepat sekali lahan perkebunan Suku Dayak kehilangan kesuburan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesuburan tanah, mereka kerap membakar lahan merekam lantas membuka lahan baru.
Dalam menunggu masa panen dari lahan dan kebun mereka, biasanya mata pencaharian Suku Dayak pedalaman adalah berburu di hutan atau mencari ikan di sungai. Berbagai hewan buruan seperti babi hutan, burung, dan hewan lainnya dapat menjadi makanan sehari-harinya. Saat ini, karena pendidikan yang sudah banyak masuk ke kalangan mereka, maka pola berburu mulai berubah menjadi beternak. Biasanya hewan ternak mereka adalah babi, dan juga ayam. Selain untuk bahan makanan, babi juga merupakan binatang yang sering digunakan dalam berbagai upacara adat tradisional Suku Dayak.
Beberapa putra daerah dari Suku Dayak ada yang telah berhasil menempuh pendidikan hingga tingkat sarjana bahkan lebih tinggi lagi. Itu mulai merubah pola mata pencaharian Suku Dayak. Mereka sudah banyak yang menjadi pegawai negri, karyawan swasta, buruh, ataupun pejabat di pemerintahan. Beberapa juga telah kembali kepada Sukunya dan mengabdi sebagai guru, kepala desa, atau bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Membagi ilmu yang mereka dapat di bangku sekolah, dan menularkannya kepada saudara-saudaranya di kampung.

Suku Dayak merupakan salah satu kekayaan tradisi di Indonesia. Suku Dayak memiliki senjata yang sangat khas, diantaranya sumpit atau sumpitan merupakan senjata utama yang berbentuk bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjanganya sekitar 1.5-2.5 meter. Terdapat lubang untuk memasukkan anak sumpitan yang disebut damek. Di ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah dianyam. Selain itu, ada tempat anak sumpitan yang disebut telep.



Selain sumpit, senjata Suku Dayak yang terkenal adalah Mandau. Mandau merupakan senjata utama yang sangat keramat. Mandau merupakan senjata tajam sejenis parang namun berbeda berbeda dengan parang, Mandau memiliki ukiran-ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Ada juga Mandau yang ditambahi lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga untuk mempertindah bilah Mandau. Biasanya senjata ini diserahkan secara turun temurun. Bentuk Mandau panjang dengan dihiasi tanda ukiran dalam bentuk tatahan dan diukir dengan emas, perak, tembaga, dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Sebenarnya, Mandau memiliki nama asli yang panjang, yaitu Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau.



Hampir tidak ada satu pun bangsa atau suku di dunia ini yang tidak memiliki tradisi atau kebiasaan. Beberapa suku dan bangsa bahkan tercatat memiliki tradisi yang mengerikan dan kejam. Salah satunya, adalah tradisi ngayau yang dimiliki oleh Suku Dayak pedalaman jaman dahulu.



Dalam melakukan peperangan untuk memperluas wilayah tersebut, terdapat sebuah kebiasaan yang mengerikan, yaitu memenggal kepala musuh serta membawanya ke kampung mereka. Kebiasaan tersebut sering disebut juga sebagai kayau. Tidak semua prajurit perang berani dan mampu melakukan hal tersebut. Hanya beberapa orang saja yang memiliki keberanian lebih dan mau melakukan ngayau. Oleh sebab itu, mereka yang berani melakukan kayau banyak diperebutkan oleh para wanita Suku Dayak pedalaman karena dianggap mampu melindungi mereka dengan keberaniannya.
Kepercayaan lain yang mendorong mereka mau melakukan kekejaman tersebut juga karena adanya keyakinan bahwa dengan memenggal kepala musuh tersebut, maka roh si musuh tidak akan gentayangan dan mengganggu mereka. Tidak semua musuh boleh dipenggal kepalanya, Wanita dan anak-anak tidak boleh di kayau. Mereka hanya boleh diperbudak saja.
Beberapa upacara adat pun mereka lakukan untuk menenangkan roh si musuh, dengan memberikan sejumlah sesaji dalam upacara adat yang bernama Tiwah. Dimaksudkan agar roh mereka yang di kayau dapat tenang melangkah ke langit ke tujuh dan tidak bergentayangan membalas dendam.
Kesadaran untuk hidup dalam situasi yang damai dan tentram serta kesepakatan untuk berbagi daerah dan hidup bersama dalam kerukunan menyebabkan diadakannya Rapat Damai Tumbang Anoi pada Tahun 1894. Para petinggi Suku Dayak pedalaman menyepakati untuk tidak lagi saling membunuh, saling memenggal kepala, serta saling memperbudak. Selanjutnya upacara adat yang memerlukan kepala manusia diganti dengan kepala kerbau atau binatang lainnya.

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan maupun ritual tradisionalnya, Suku Dayak selalu mengenakan pakaian khusus sesuai dengan jenis upacara tersebut. Pakaian adat Suku Dayak disebut bulang. Macam dan jenisnya banyak sekali, karena dari masing-masing jenis ini masih terbagi-bagi dalam beberapa kategori lagi. Misalnya bulang kuurung yang modelnya terdiri dari sapek tangan. Disebut demikian karena memang baju ini pada tangannya tidak ada lengan. Kemudian dokot tangan atau yang lengannya pendek, dan langke yang berlengan panjang.Selain kuurung, bulang atau pakaian adat Suku Dayak ada yang lain lagi. Namanya bulang burai king. Jenis baju ini sangat terkenal. Hampir semua keluarga Suku Dayak pasti memilikinya. Karena banyak upacara tradisional yang mengharuskan orang Dayak untuk mengenakan pakaian ini. Yang istimewa dari bulang ini adalah banyak manik-manik yang dipasang untuk hiasan. Sebagai pelengkap dan pemanis, di kepala dan ujung tangan orang yang memakai bulang burai ini mengenakan semacam hiasan yang terbuat dari bulu burung enggang yang indah dan ditata dengan berjuntai-juntai. Sangat menarik sekali.



Di setiap upacara tradisional, sering terdapat tarian tradisional pula. Demikian juga yang terjadi pada Suku Dayak. Yang menarik dari tarian mereka adalah gerakannya yang lincah dan dinamis serta mengandung makna dan pesan yang sangat dalam.
Selain itu ada hal yang membuat mata itu selalu ingin memandang tarian itu. Yaitu pakaian yang dikenakannya. Selain banyak hiasan dan manik-maniknya serta hiasan kepala yang memikat hati, perpaduan warnanya juga sangat menakjubkan bila ditinjau dari sisi desain warna.
Pakaian adat Suku Dayak kebanyakan mengambil tema dari kehidupan binatang. Ada juga yang bertemakan kehidupan alam, namun yang paling banyak tetap kehidupan margasatwa, terutama burung. Demikian juga dengan tari-tarian tradisionalnya yang juga sering menggambarkan kehidupan burung dengan bulu-bulunya yang cantik yang sedang melakukan gerakan terbang ke angkasa.



Rumah Panjang adalah rumah adat khas Suku Dayak yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang Suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan
Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Kini, rumah betang yang menjadi hunian orang Dayak berangsur-angsur menghilang di Kalimantan. Kalaupun masih bisa ditemukan penghuninya tidak lagi menjadikannya sebagai rumah utama, tempat keluarga bernaung, tumbuh dan berbagi cerita bersama komunitas. Kini rumah Betang tinggal menjadi kenangan bagi sebagian besar orang Dayak.
 



Sape dalam bahasa lokal Suku Dayak dapat diartikan “memetik dengan jari”. Dari makna namanya itu diketahui dengan jelas bahwa sape adalah perangkat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Kendati sama-sama berjenis alat musik petik, namun sape agak berbeda dengan gitar dalam cara memainkannya. Alat music Sape dibuat dari bahan kayu pilihan. Kayu yang dinilai mempunyai kualitas baik sebagai bahan pembuat sape adalah jenis-jenis kayu sebangsa kayu meranti,, misalnya kayu pelantan, kayu adau, kayu marang, kayu tabalok, dan sejenisnya. Kayu-kayu itu dipilih karena kuat, tidak mudah pecah, keras, tahan lama, dan tidak mudah dirusak atau dimakan binatang seperti rayap. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang dihasilkan sape akan semakin baik pula. Untuk dawai atau senar sape, pada awalnya masih menggunakan tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren, namun sekarang senar sape sering dibuat dari bahan kawat tipis sehingga bunyinya akan terdengar lebih nyaring.
Sape adalah alat musik yang berfungsi untuk menyatakan perasaan, baik perasaan riang gembira, rasa sayang, kerinduan, bahkan rasa duka nestapa. Seiring dengan perkembangan zaman, sape kemudian tidak hanya berfungsi sebagai alat musik untuk menyatakan perasaan saja, namun sape juga mulai sering dimainkan bersama dengan alat-alat musik lainnya. Selain itu, sape dimainkan oleh kaum lelaki Suku Dayak untuk menarik perhatian perempuan yang sedang ditaksirnya.



Semoga menambah refrensi kawan-kawan tentang salah satu sekian banyaknya suku yang ada diindonesia tercinta ini.

Selengkapnya Sedikit Tentang Suku Dayak Borneo

Kesuksesan di Tangan Kita Sendiri


Joe Louis adalah seorang petinju kelas berat berkulit hitam. Pada waktu Joe Louis aktif sebagai petinju professional tahun 1940-an masih terjadi diskriminasi terhadap orang kulit hitam. Juri tinju pada saat itu selalu orang kulit putih. Walaupun dalam sebuah pertandingan tinju seorang kulit putih dipukuli terus selama 15 ronde (tanpa membalas) oleh petinju kulit hitam tetap saja pemenangnya adalah petinju kulit putih.
Tidak sekali dua kali, kejadian ini terus terjadi.
Akhirnya Joe memutuskan melatih stamina dan pukulannya jauh lebih keras dari pada orang-orang kulit putih. Ia menambah latihan-latihan ekstra. Ia push up jauh lebih banyak daripada orang kulit putih.
Ia berkata, Juri paling fair adalah tanganku sendiri.
Sejak saat itu Joe Louis menjadi Si Raja KO (Knock Out).
Sekalipun hidup di era diskriminasi, ia menjadi petinju kulit hitam pertama yang menjadi juara dunia kelas berat.
Karena tidak mungkin bukan, juri memenangkan petinju kulit putih yang KO terkapar?
Ia tidak mau mengharapkan belas kasihan juri untuk sukses.
Ia tidak mau bergantung pada juri untuk kesuksesannya.
Joe Louis sadar suksesnya berada di tangan sendiri.
Bagaimana dengan Anda?
Sukses di tangan Anda
Ketika sekolah atau kuliah kita komplain terhadap guru yang mengajar tidak enak.
Kita komplain dengan fasilitas belajar yang kurang.
Tapi sukses belajar ada di tangan kita sendiri.
Kalau kita memlilih pada kekurangan yang ada toh kita juga yang rugi.
Anda bisa pilih menunggu dikasihani atau memutuskan untuk menyelesaikannya dengan tangan sendiri seperti Joe Louis, apapun kondisinya.
Ketika kita bekerja kita komplain pekerjaan sulit, kita komplian gaji yang rendah, kita komplain jarak kantor yang jauh.
Sekali lagi sukses ada di tangan sendiri!
Tidak ada yang memaksa Anda bekerja di mana, di gaji berapa, kerjanya apa.
Itu pilihan hidup Anda, dan tetap punya pilihan.
Tapi dimanapun Anda bekerja (sepanjang halal) harus menunjukkan dedikasi tinggi, karena itu tanggung jawab yang dipikul ketika setuju menerima pekerjaan, apapun keadaannya.
Kalaupun tidak puas, Anda bisa pilih menunggu dikasihani atau memutuskan untuk menyelesaikannya dengan tangan sendiri seperti Joe Louis.
Siapa bilang dunia tidak adil?
Karena semua manusia mempunyai potensi untuk mengatasi masalah dengan tangannya sendiri.
Jika kita percaya Tuhan maha adil berarti kita percaya bahwa kita telah dibekali segala yang dibutuhkan untuk sukses dalam kehidupan kita.
Sukses di tangan Anda!

Sumber : Agung Pribadi (HISTORIVATOR)
Selengkapnya Kesuksesan di Tangan Kita Sendiri